Biografi Didi Kempot Artis Keroncong Jawa

| Jumat, 08 Maret 2013

MENYEBUT Didi Kempot, sekarang sama artinya menyebut sosok beken asal Jawa yang akhirnya melintas batas ke budya lain. Gara-garanya ya karena dialahsalah satu orang yang melesatkan pop Jawa dalam kemasan campursari ke pentas msuik nasional(malah internasional-red).

Lelaki kelahiran Solo, 31 Desember 1956 itu, sejak awal karirnya sebagai pengamen punya obsesimengangkat senidaerahke tingkat nasional danbahkaninternasional.

Pemilik nama panjang Didi Prasetyo Lilik Sentot Martinus itu, tergerak mengangkat seni daerah setelahbertemukeponakannya yangtinggaldi Jakarta.

"Waktu itu saya terkejut ketika seorang keponakan -- anaknya Mamik pelawak Sri Mulat--tidak mengerti sama sekalibudaya Solokhususnya danJawa pada umumnya," ucapnya.

Berdasarkan kenyataan tersebut, mencuat pemikiran untuk ikut melestarikan budaya Jawa, meskipun belum tahu bahkan belum terpikir dengan cara apa ia dapat berkiprah , kecuali mengandalkan satu-satunya kemampuan dibidangtariksuara danbermain gitaryangsangat terbatas.

Didi akhirnya mulai mengamen di Solo sejak tahun 1984, khusus membawakan lagu-lagu bercorak budaya daerah seperti "gundul-gundul pacul" yang musiknya diubah menjadi langgam keroncongdangdut.

Setelah dua tahun ia hijrah ke Jakarta dan menghadapi kenyataan bahwa hidup di ibukota tidak semudahyangdibayangkan, apalagi hanya mengandalkannafkah daringamen.

Suatusaat, tanpa diduga Is Haryanto menawari DidiKempot show ke Suriname. Katanya, ada temannya yang baru datang dari Suriname. Ternyata lagu Didi yang berjudul We Cen Yu sangat digemarimasyarakat di sana. Tanpa mikirsoalhonor, tawaranitulangsungditerima.

Lucunya, karena Didi tidak pernah naik pesawat, saat memakai sabuk pengaman malah kebingungan, karena tidak bisa. Waktu mau ke toilet juga enggak tahu caranya membuka pintu.

Show pertama di Surinema sukses. Selanjutnya, hampir tiap tahun show ke sana. Waktunya pun cukup panjang. Setiap show makan waktu sekitar 4 bulan. Kesempatan selama di sana dimanfaatkanDidiuntuk menciptakan lagu.

Didi akhirnya berhasil masuk dapur rekaman. Sampai sekarang sudah 16 album yang dihasilkan di sana. Banyak lagunya disukai masyarakat Suriname yang sebagian penduduknya keturunan Jawa. Yang amat terkenal adalah Layang Kangen dan Angin Paramaribo.

Sakingseringnya lagu-lagunya diputardi RadioBangsa Jawa, Didi Kempot pernahdinobatkan jadi artis Teladan Pop Jawa. Bahkan, Presiden Suriname waktu itu pernah memberi penghargaan Gold Man. Berhasil menembus Suriname membuat hidup Didi beranjak membaik.

Tapi sukses di Suriname itu adalah hasil setelah sekian tahun berjuang. Didi Kempot, anak pelawak terkenal Ranto Gudel, tidak mudah putus asa dalam mewujudkan impiannya. "Saya biasa tidur di emperan toko, makan hanya sekali sehari, bahkan kadang-kadang tidak bisa makan tanpa dibantu sesama pengamen," ucapnya menggali kenangan pahit masa-masa awal karirnya sebagai pengamen diIbukota.

Suatu ketika saat mengamen di suatu rumah, ia mendapat imbalan uang Rp10.000,- yang sangat mengejutkan. " Saya senang dan berpikir pemberinya murah hati, karena biasanya oranghanya memberi seratus atau lima ratus rupiahpalingbanyak," ujarnya.

"Si pemberi membuntuti dan menghentikan langkah saya, ternyata Mas Mamik yang lalu meminta saya untuk tidak mengamen lagi ." Didi menolak tawaran kakaknya yang mengajak pulang, dengan alasan ingin merintis sendiri keberhasilannya di bidang seni.

Setelah lama malang melintang di Jakarta, Didi baru masuk ke dapur rekaman pada tahun 1990, walaupun satu lagu ciptaannya hanya dihargai Rp40 ribu. Kini Didi bisa lega karena untuk sepuluhlagu karyanya ia dibayarRp100 juta.

"Sekarang, saya beranimakandi restoran, bukandi warung Tegalsaja. Saya berharapteman-teman saya tidak kecil hati dalam menekuni profesi pengamen," kata Didi Kempot. Album berjudul "Stasiun Balapan" yang diluncurkan beberapa tahun lalu laku satu juta kopi dan album yangberjudul"Sewu Kuto"juga lakukeras.

Jenis musik langgam Jawa keroncong-dangdut yang dirintisnya sekarang tidak hanya dinyanyikan atau digemari orang-orang desa, tetapi juga sudah masuk di pub, kafe dan restoran besar.

Sekarang, Didi Kempot tidak "ndeso" lagi. Tapi apakah dia berubah? "Saya masihsepertidulu kok mas. Saya bukan orang yang lupa pada masa lalu," ucapnya sungguh-sungguh. Didi juga masih suka membantu teman-temannya yangdulu sempat menjadi pengamenbareng.

Sumber:
http://www.tembang.com

0 komentar:

Next Prev

Popular Posts

▲Top▲